DITOLAK? Apakah harus Dukun bertindak?
DITOLAK? Apakah harus Dukun
bertindak?
Morning
readers,
Bersama
lagi kelas belajar menulis online, hari ini kita akan menyimak perjalanan Pak
Jay sendiri yaitu ketika buku di tolak
penerbit. Pernah ditolak penerbit?Apakah dukun bertindak hehe. Kita simak
bersama biar tahu.Hmm, itu merupakan hal yang menjadi momok awal sebagai penulis
yang ingin mernerbitkan buku ya?.Kira- kira pengalaman pak Jay sendiri seperti
apa, dan haruskah dukun bertindak hehe.Yuk, tanpa basa- basi kita simak tipsnya
bersama.
“Ketika
bukumu ditolak, maka segeralah memperbaiki isi bukumu dan jangan ditunda.
Perbaiki dan teruslah perbaiki, lalu pergilah ke toko buku. Lihatlah buku-buku
best seller di sana. Dari situlah kamu akan bertemu rahasia buku itu laku.
Kalau anda tak sempat ke toko buku, belilah buku secara online, lalu pelajari
isi buku, sehingga anda menemukan rahasianya. Dari situlah anda akan bisa
menerbitkan buku-buku bermutu. Anda tidak perlu mencari penerbit, karena
penerbit yang akan mencari anda, karena tulisan anda sangat menginspirasi.”
Kata Pak jay, sedih rasanya bila
buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Ia sendiri pernah merasakannya.
Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus
dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hehei. Pak Jay termasuk
orang yang pantang menyerah. Ketika naskah bukunya ditolak para penerbit mayor,
ia tidak putus asa. Ia akan menerimanya dengan lapang dada. Ia menerimanya
dengan senyuman meskipun terasa pahit.
Berkali kita gagal lekas bangkit dan
cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru
tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda.
Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses
menerbitkan bukunya.
Berdasarkan pengalamannya beliau perbaiki tulisannya. Kemudian dibacanya
kembali. Beberapa teman yang dipercayanya, ia minta untuk memberikan masukan.
Hasilnya, bukunya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk
dibaca. Sakit hatinya kala itu terasa terobati.
Menulis itu ibarat seorang mahasiswa
S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2
yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal
desertasinya.
Pak Jay sangat berterima kasih
kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang ia susun. Dengan begitu
buku yang ia susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah bukunya
langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik
hati pembaca. Bukunya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak
menarik hati pembaca.
Gagal adalah proses menuju sukses.
Ya, ini salah satu kiat untuk tabah menulis.
Pak Jay jadi banyak belajar sejak
buku ditolak penerbit mayor. Ia perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah
buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Ia pantang
menyerah. Ia belajar dari penolakan. Ia pergi ke toko buku dan membaca
buku-buku best seller. Dari sanalah ia akhirnya tahu rahasia buku
mereka laris dibaca pembaca.
Saat itu Pak Jay semakin
menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang
untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak
ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang
berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.
Ketika buku Anda ditolak penerbit,
teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika Anda terus menulis, maka
tulisan yang dihasilkan akan semakin tajam dan menendang. Pasti tulisan Anda
akan layak jual. Pasti tulisan Anda akan banyak dibaca orang. Kuncinya satu,
mau belajar dan pantang menyerah.
Perbaiki dan terus perbaiki sehingga
penerbit mayor mau menerbitkan buku Anda tanpa kamu keluar uang satu senpun.
Anda pun tersenyum ketika royalti buku mencapai angka yang fantastis. Puluhan
bahkan ratusan juta rupiah Anda dapatkan bila bukunya laku keras. Seperti
royalty buku yang telah diterima Pak Jay.
Menulis adalah pekerjaan menuju
keabadian. Kita sudah mati, tapi buku kita abadi, misalnya buku karya Buya
Hamka.
Tulisan ditolak penerbit mayor
karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon
penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku.
Rasa percaya diri itu dibangun melalui proses terus-menerus, dan jatuh bangun.
Seperti Anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda, tapi kalau sudah
bisa ya enak enak saja.
Untuk menerbitkan buku dari kumpulan
resume yang telah dibuat, maka segera kumpulkan dari pertemuan pertama sampai terkhir,
gabung dalam satu file. Kemudian lihat buku-buku yang sudah diterbitkan
Penerbit ANDI, kemudian tawarkan ke Penerbit ANDI.
Dalam menulis, Anda bisa belajar
fokus untuk menulis buku motivasi dan kisah inspiratif karena buku ini masih
banyak pembelinya.
Pada awal menulis buku, Pak Jay
mengirimkan dalam bentuk cetak dan dijilid, setelah itu ia tawarkan ke
penerbit, tapi sekarang penerbit yang cari Pak Jay, sehingga ia cukup kirim
email saja ke penerbit.
Pak Jay memiliki buku yang pernah
ditolak penerbit mayor. Ia tidak putus asa dan terus bersemangat untuk
memperbaiki isi bukunya. Pada akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku
itu, Pak Jay keliling Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.
Menerbitkan buku di penerbit indie denga
biaya sendiri ada fasilitas layout buku layaknya buku yang
diterbitkan di penerbit mayor. Tapi Anda perlu keluar uang. Kalau di penerbit
mayor, Anda tinggal terima beres. Bahkan cover dan layoutnya
sangat menarik sekali, sehingga banyak orang yang beli bukunya.
Saat ditolak
penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Semakin terus menulis,
maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak
jual.Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar
dan pantang menyerah .Begitu kalimat motivasi yang menggugah dari Pak Jay. Akhir
kata resuman pertemuan hari ini “Semoga berhasi!.”
Komentar
Posting Komentar