Selasa, 19 Mei 2020

DITOLAK? Apakah harus Dukun bertindak?


DITOLAK? Apakah harus Dukun bertindak?


Morning readers,

Bersama lagi kelas belajar menulis online, hari ini kita akan menyimak perjalanan Pak Jay sendiri  yaitu ketika buku di tolak penerbit. Pernah ditolak penerbit?Apakah dukun bertindak hehe. Kita simak bersama biar tahu.Hmm, itu merupakan hal yang menjadi momok awal sebagai penulis yang ingin mernerbitkan buku ya?.Kira- kira pengalaman pak Jay sendiri seperti apa, dan haruskah dukun bertindak hehe.Yuk, tanpa basa- basi kita simak tipsnya bersama.

Ketika bukumu ditolak, maka segeralah memperbaiki isi bukumu dan jangan ditunda. Perbaiki dan teruslah perbaiki, lalu pergilah ke toko buku. Lihatlah buku-buku best seller di sana. Dari situlah kamu akan bertemu rahasia buku itu laku. Kalau anda tak sempat ke toko buku, belilah buku secara online, lalu pelajari isi buku, sehingga anda menemukan rahasianya. Dari situlah anda akan bisa menerbitkan buku-buku bermutu. Anda tidak perlu mencari penerbit, karena penerbit yang akan mencari anda, karena tulisan anda sangat menginspirasi.”


Kata Pak jay, sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Ia sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hehei. Pak Jay termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah bukunya ditolak para penerbit mayor, ia tidak putus asa. Ia akan menerimanya dengan lapang dada. Ia menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.

Berdasarkan pengalamannya beliau  perbaiki tulisannya. Kemudian dibacanya kembali. Beberapa teman yang dipercayanya, ia minta untuk memberikan masukan. Hasilnya, bukunya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hatinya kala itu terasa terobati.

Menulis itu ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya.

Pak Jay sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang ia susun.  Dengan begitu buku yang ia susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah bukunya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Bukunya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.

Gagal adalah proses menuju sukses. Ya, ini salah satu kiat untuk tabah menulis.
Pak Jay jadi banyak belajar sejak buku ditolak penerbit mayor. Ia perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Ia pantang menyerah. Ia belajar dari penolakan. Ia pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah ia akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.

Saat itu Pak Jay semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

Ketika buku Anda ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika Anda terus menulis, maka tulisan yang dihasilkan akan semakin tajam dan menendang. Pasti tulisan Anda akan layak jual. Pasti tulisan Anda akan banyak dibaca orang. Kuncinya satu, mau belajar dan pantang menyerah.

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan buku Anda tanpa kamu keluar uang satu senpun. Anda pun tersenyum ketika royalti buku mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah Anda dapatkan bila bukunya laku keras. Seperti royalty buku yang telah diterima Pak Jay.

Menulis adalah pekerjaan menuju keabadian. Kita sudah mati, tapi buku kita abadi, misalnya buku karya Buya Hamka.

Tulisan ditolak penerbit mayor karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu dibangun melalui proses terus-menerus, dan jatuh bangun. Seperti Anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda, tapi kalau sudah bisa ya enak enak saja.

Untuk menerbitkan buku dari kumpulan resume yang telah dibuat, maka segera kumpulkan dari pertemuan pertama sampai terkhir, gabung dalam satu file. Kemudian lihat buku-buku yang sudah diterbitkan Penerbit ANDI, kemudian tawarkan ke Penerbit ANDI.

Dalam menulis, Anda bisa belajar fokus untuk menulis buku motivasi dan kisah inspiratif karena buku ini masih banyak pembelinya.

Pada awal menulis buku, Pak Jay mengirimkan dalam bentuk cetak dan dijilid, setelah itu ia tawarkan ke penerbit, tapi sekarang penerbit yang cari Pak Jay, sehingga ia cukup kirim email saja ke penerbit.

Pak Jay memiliki buku yang pernah ditolak penerbit mayor. Ia tidak putus asa dan terus bersemangat untuk memperbaiki isi bukunya. Pada akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku itu, Pak Jay keliling Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.


Menerbitkan buku di penerbit indie denga biaya sendiri ada fasilitas layout buku layaknya buku yang diterbitkan di penerbit mayor. Tapi Anda perlu keluar uang. Kalau di penerbit mayor, Anda tinggal terima beres. Bahkan cover dan layoutnya sangat menarik sekali, sehingga banyak orang yang beli bukunya.

Saat ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Semakin terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual.Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah .Begitu kalimat motivasi yang menggugah dari Pak Jay. Akhir kata resuman pertemuan hari ini “Semoga berhasi!.”

MENULIS OPINI DI MEDIA









Selamat siang readers,
Pertemuan kali ini saya akan sedikit mencuplik kisah Pak Asep Sapa’at beliau mempunya banyak pengalaman dalam menulis di media massa. Langsung saja ,berikut pengalamannya.
Nama saya Asep Sapa'at, tubuh sehat, jiwa kuat, cita-cita ingin jadi orang bermanfaat. Dengan semangat untuk saling belajar, saya ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah Republika.
Pertama, saya awali dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.
Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.


Sebelum saya dapat mempublikasikan tulisan di media masa, saya belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan.
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis saya, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1.       Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2.       Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3.       Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.
4.       Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmIg251pobAOXuI4fkAz6G3TLFz-qYesiSX6SiNKyZ7qeh5apy9_C-tp04M0Ck5UwpemO5GhWfFYc8RmLllyqd4LnB39lT9mZpE9s0bTeTvXWhAI784-NeBpJR7GbwLP9Za8ws0dlD5OA/s320/Screenshot_5.png

Sifat menentukan untuk siapa tulisan Anda tujukan. Pada sifat pertama Bapak Ibu menulis, tetapi hanya Bapak Ibu sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran. Nah menurut Bapak Ibu, menulis di media masa termasuk sifat tulisan yang mana?
Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrrc0Bc9wAiDbV1A0YnW6pOQT46KlDWVsGM3G-hsi9qXxL8DGJ2fXMi9Y1G5cEO2eAHq1l-H_x5zedmhTi9n8brZ_1Nk6dstzq8LWLX8HlPbpN064djbpZriu-P6UZeukiZouojelrEsM/s320/Screenshot_6.png
Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa. Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis.





Menggagas: Berpikir dan Merencanakan
1. Mengumpulkan bahan referensi
2. Menentuian pembaca sasaran
3. Mengembangkan ide menjadi kerangka


Tahapan menyusun draf  yaitu:
1.       Menulis bebas
2.       Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
3.       Memasukkan data dan fakta
4.       Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran

Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.

Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Bapak Ibu dapat memilih media daring atau media cetak.

Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis. Jauh sebelum tulisan saya dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 saya konsisten menulis di Republika Online. Nah ini jadi faktor nonteknis, punya jalinan silaturahim dengan para redaktur di media masa. Kita mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.

Berikut pertanyaan peserta yang bisa dirangkum:
Bagaimana menyiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dengan waktu kirim/moment yang tepat?
Kita harus sensitif dengan momentum yang akan terjadi, misal, 6 hari lagi merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang kita sudah mulai menyiapkan bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei. Prinsip umum demikian.

Kendala apa yang terbesar yang sering ditemui sampai tulisan selesai?
Hambatan paling mendasar kita sulit mengalirkan gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai.

Apa syarat tulisan opini atau artikel bisa layak cetak di media?
Syarat paling utama adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.

Bagaimana menyiasati ketidakpercayaan diri atas tulisan yang sudah kita tulis?
Kita coba konsisten menulis dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti jika sudah mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan takut mendapat kritikan dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.

Bagaimana mengasah emosi dalam kepenulisan sehingga tulisan kita bisa berkualitas?
Tuliskan sesuatu yang benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Saya pernah membuat tulisan di rubrik Hikmah Republika saat istri saya wafat. Wah susah memulai kata pertama dan menutup kata terakhir karena saya ada rasa yang hadir menemani saat membuat tulisan.

Apa saja yang menyebabkan tulisan sering ditolak media masa dan bagaimana cara menulis yang bisa diterima media massa?
Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan media. Misal, kita menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan oleh kita.

Bagaimana ciri artikel yang menarik untuk diterbitkan?
Ide tulisan orisinal, aktual dengan situasi kekinian di masyarakat, tata bahasa baik, data dan fakta penunjang gagasan Bu Sri Budi lengkap dan sahih.

Adakah kriteria pembeda antarmedia cetak untuk bisa menerbitkan suatu tulisan?
Setiap media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal, tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam tulisan kita.

Saya mulai menulis dari bentuk fiksi yang diksinya penuh majas dan ketika saya mencoba ke nonfiksi yang ilmiah saya kesulitan. Apa solusinya?
Saran saya, Bapak mulai pelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan bergenre nonfiksi. Ala bisa karena biasa. Hal paling penting dalam tulisan opini (nonfiksi) adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas.

Bagaimana caranya supaya ide yang sudah kita miliki menjadi sebuah judul yang menarik untuk dibuat suatu tulisan, karena kadang terlintas ide tetapi susah sekali mencarikan judul yang tepatnya untuk ide tersebut.   
Ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul bagian terakhir. Saran saya, menulis dulu, nanti judul diputuskan terakhir. Boleh minta pendapat ke guru menulis Ibu atau rekan sejawat terkait pilihan judul dari tulisan yang sudah dibuat Ibu.


Apakah artikel dapat diberikan angka kredit dalam penyusunan DUPAK ke IVb?
Saya kurang paham terkait hal ini. Sejauh pemahaman awam saya, tulisan yang dimuat di media masa, makalah yang dimuat dan dipresentasikan di seminar nasional atau internasional, dan makalah yang dimuat di jurnal terakreditasi nasional bisa menyumbangkan angka kredit yang bermanfaat untuk kenaikan pangkat. Saya punya dosen pembimbing yang sangat produktif berkarya tulis, sekali menulis 2 judul makalah untuk satu event seminar nasional. Kalau semua karya tulis didokumentasikan dengan baik, belajar dari kiprah dosen pembimbing saya, beliau naik pangkatnya cepat sekali. Kata kuncinya: konsisten berkarya tulis. Naik pangkat itu bonusnya.



Yups, intinya adalah konsistensi daalam menulis. Kita bisa ambil ilmu yang disampaikan Pak Asep. Dengan menulis terus kita akan mendapatkan tulisan yang baik pula. Sekian.

MENULIS DI MEDIA CETAK

MENULIS DI MEDIA CETAK






Kembali lagi dengan belajar menulis online,untuk hari ini narasumber kita akan diisi oleh Dra. Rahmi Wilandari, M. Pd.Sejenak kita berkenalan dengan beliau.
Nama                            : DRA. RAHMI WILANDARI , M.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : SURABAYA, 1 JANUARI 1965
Alamat       Rumah              : JL. SUTEDI SENOPUTRA GG CEMPAKA I/2 KARANGPILANG SURABAYA 60221
Alamat Surel                 : rahmi.smadda@yahoo.com
Blogger                         : edukasirahmiwilandari.blogspot.com
Nomor HP                     :  081235192393
Program Studi S-1         :  S1 Pendidikan Ekonomi Tahun Lulus 1988
Program Studi S-2         :  S2 Pendidikan Ekonomi Tahun Lulus 2013
Tempat mengajar          : SMA Negeri 21 Surabaya/ Jawa Timur

Berikut ini daftar karya yang pernah ditulis:              :
1.    Jurnal Pendidikan Ekonomi UNESA Surabaya
“ Pembelajaran Kooperatif Tipe Thik Pair Share dengan Media 3D Topiscape SE
(Student Edition) untuk Meningkatkan Ketuntasan belajar Siswa (2013) “
2.    Pemanfaatan Media Pembelajaran Audio dan Multimedia (2013)
3.    My Literacy for My Future ( Literasiku, Masa Depanku) (2017)
4.    Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dengan menggunakan Media Kartu Remi (Playing Cards) untuk meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa pada Materi Permintaan dan Penawaran  (2018)
5.    Wajib dan perlukah Pendidikan Kewirausahaan di SMA (Artikel Ilmiah) (2019)
6.    Membangun Karakter Generasi Milenial menghadapi Era Revolusi Industri 4.0   (2019)

Beberapa penghargaan yang pernah diraih :
1.     Juara 3 LKTI Majalah Media (PGRI) Tingkat Jawa Timur tahun 2013
2.     Juara Lomba Guru Menginspirasi ( KTI Literasi ) Tingkat Nasional  2018 untuk jenjang SMA / MA / SMK diselenggarakan oleh Penerbit PT. Erlangga Jakarta

            Bu Rahmi awal tertarik untuk menulis dengan menuliskan segala kejadian sehari-hari yang dialami. Pada saat berangkat kerja jika ada kejadian menarik, setiba di sekolah langsung buka laptop apa yang dilihat kejadian tadi ditulis garis besarnya.  Setelah sampai di rumah buka lagi laptop untuk melanjutkan cerita yang tertunda  siang hari.
Merasa tidak pandai merangkai kata-kata untuk menjadi sebuah kalimat dan menjadi sebuah paragraf yang enak untuk dibaca. Untuk menulis itu ada macam-macam penulis. Ada Penulis cerpen,  ada penulis novel,  ada penulis cerita bersambung (cerbung). Ada juga penulis ilmiah. Kategori penulis ada penulis Fiksi dan non Fiksi.
Penulis artikel pun juga ada macamnya: penulis umum ada penulis buku teks. Janganlah enggan untuk memulai menulis. Jika ada waktu luang bisa dihabiskan untuk membaca di perpustakaan. Selain perpustakaannya adem,  tenang untuk membaca dan bisa menginspirasi untuk menulis.
Penulisan KTI atau artikel dibutuhkan wawasan untuk rajin membaca baik buku cetakan atau e-book. Untuk Penelitian ada penelitian Deskriptif, Penelitian eksperimen (penelitian murni)  dan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Bagi guru PTK adalah harus bisa melaksanakan dan  sangat mudah karena dari kejadian sehari-hari saat mengajar. Untuk langkah-langkah PTK sudah ada pada PPT.
Pertama kali ikut lomba KTI (PTK)  tahun 2013. Saat penelitian dilaksanakan, tidak punya target untuk menang.  Yah, hitung-hitung cari pengalaman. Saat itu gencar-gencarnya workshop tentang Penulisan PTK dan Karya Ilmiah. Banyak guru pada penasaran bagaimana menulis PTK.
Bagi bapak dan ibu guru yang ikut workshop ini kan juga sama dengan narsum, sama-sama jadi penulis hebat. Sebuah keberhasilan harus disertai usaha, semangat serta kerja keras. Terkadang kita lagi mood menulis,  jika penyakit malas kambuh enggan lagi menulis. Mulailah belajar disiplin diri menulis setiap hari. Insyaallah kalau sudah terbiasa akan enak,  dan kecanduan untuk selalu menulis dan menulis.

Berikut ini pertanyaan dari peserta yang dijawab beliau:
Penelitian deskriptif itu contohnya seperti apa dan bagaimana serta apakah bisa digunakan sebagai karya tulis ilmiah? Untuk judul PTK dari kegiatan kita mengajar bisa kita jadikan PTK....
Penelitian diskriptif: peneliti mampu mengidentifikasi mengapa,  apa dan bagaimana fenomena sosial. Banyak sekali gejala sosial yang terkadang kita bisa memprediksinya. Tahun 2017 saya dan murid saya tentang layanan non tunai,  dengan teknik wawancara. Ternyata pelayanan sekarang lebih banyak menggunakan E-Money, pernah mengadakan penelitian diskriptif.

Apakah PTK wajib menggunakan sebuah model atau metode pembelajaran? Dan apakah mutlak 3 siklus yang ada dalam sebuah PTK?
PTK minimal harus 2 siklus,  3 siklus lebih baik. Di PPt saya ada lampiran apa saja yang diperlukan supaya PTK tidak ditolak.

Ciri utama PTK adalah adanya siklus. Bagaimana kalau hasil penilaian siklus 1 ke siklus 2 menurun ? PTK diseminarkan di sekolah. Bagaimana prosedurnya ?
Penelitian dari siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 3 ya harus ada peningkatan. Guru kan dalang bagaimana menjalankan lakon agar bisa meningkat. Dengan membuat  PTK kita bisa  mendapat: Jurnal Ilmiah baik cetak atau online, PTK jg hrs diseminarkan,  ada berita Acara,  ada undangan dll seperti dalam PPT saya,  insyaallah nilai 4, dan jng lupa ada bukti Surat Keterangan Penyerahan PTK ke Petugas Perpustakaan pasti lolos kenaikan pangkatnya.

Dalam pembuatan PTK itu awalnya adalah problem dalam kelas yang akan diperbaiki. Treatmen apa yang dilakukan supaya PTK itu benar-benar sebuah penelitian, karena terkadang guru hanya mengejar  target untuk kenaikan pangkat belaka .
Nah... Pandangan ini yang salah. Jangan membuat PTK karena mau naik pangkat,  usahakan 1 tahun Pelajaran minimal 1 PTK,  jadi pas naik pangkat aman dan tenang karena kita sudah siap bukan PTK yang dijahitkan. Setiap menyusu RPP satu semester, kita sudah bisa merencanakan bab mana yang akan kita buat PTK,  dan kira-kira siswa mengalami kesulitan,  dan pakai metode apa, model pembelajarannya bagaimana jadi betul-betul saya persiapkan.

Dalam penulisan PTK, sumber utamanya kan kita guru, berdasarkan temuan-temuan kita saat mengajar, adakah sumber-sumber tambahan dari luar yang Ibu ambil sebagai referensi dalam Penulisan PTK Bu?
Dari luar maksudnya buku-buku bacaan? Untuk referensi tahunnya harus 10 tahun ke belakang,  jadi kita cari judul dan pengarang yang sama tapi edisi terbaru.

Apa perbedaan signifikan antara PTK dan best practice? Mengingat keduanya sama-sama mencari solusi dengan menerapkan strategi tertentu.
Antara PTK dan Best Practice tidak sama Ibu.  Best Practice pengalaman terbaik. Untuk lebih jelasnya lihat buku 4 dan buku 5 Pedoman Kenaikan pangkat.

Mohon penjelasan perbedaan pembahasan pada HASIL dan PEMBAHASAN?
Hasil Penelitian menggambarkan bagaimana hasil penelitian dari siklus 1- 3 disertai data tabel hasil Penelitian. Hasil Penelitian menggabarkan bagaimana hasil penelitian dari siklus 1- 3 disertai data tabel hasil Penelitian.

Apakah abstrak  di dalam PTK harus menggunakan bahasa Inggris?
Idealnya abstrak itu ada bahasa Indonesia dan ada yang bahasa Inggris. 

Saya terus terang lemah sekali dalam menulis terutama dalam merangkai kata. bagaimana tip untuk supaya ada keterampilan dalam merangkai kata sehingga menjadi tulisan yang menarik?
Ibu saya juga bukan orang yang pandai merangkai kata. Tapi saya berusaha banyak membaca PTK org lain lnternet,  lalu saya tulis,  setelah selesai saya baca berulang-ulang, saya tunjukkan ke teman guru Bahasa Indonesia,  tolong dikoreksi kekurangannya di mana, sampai bisa jadi paragraf yang enak dibaca. Menarik atau tidak tergantung kita merangkai kata-kata, bahasa Indonesia yang baik,  titik,  koma dan Huruf besar dan huruf kecil tepat pengunaannya.
Saya mau tanya bahwa Penulis artikel ada macamnya: penulis Umum ada Penulis buku teks keduanya apa memiliki ciri penulisan yang berbeda atau bagaimana untuk memulai menulisnya. 
Ibu menulis artikel bisa dari kejadian, peristiwa atau gejala yang ada di sekitar kita sehari-hari. Contoh apa dampak Pandemi Covid -19 terhadap ekonomi masyarakat. Atau dengan adanya Pandemi Covid 19 masalah apa yang dihadapi orangtua peserta didik cukup tulis 500-1000 kata,  ada masalah,  ada bahasan,  ada solusi kirim ke redaksi majalah atau surat kabar, dapat COIN dan POINT. Coin dapat honor,  POINT dpt nilai 2 untuk kenaikan pangkat jika majalah/surat kabar Nasional. Kalau surat kabar dan majalah regional/provinsi nilai 1, 5.


           Sekian materi untuk hari ini dari  paparan di atas  menulis itu butuh pembiasaan diri. Diawali dengan menulis kejadian  apa yang kita alami sehari- hari. Dengan begitu sdengan dukungan kedisiplinan maka akan menghasilkan tulisan yang akan semakin baik.. Apapun jenis buku yang kita tulis bisa berkembang. Hal ini tentunya menghasilkan tulisan yang bermanfaat dalam bidang profesi ataupun novel dan lainnya.


Mute Le: Puisi: Sedikit Pemikiran Waktu Pergantian

Mute Le: Puisi: Sedikit Pemikiran Waktu Pergantian : Logika Sesaat Terlihat di hadapan Begitu menjemukan Apa yang terlintas di luar sana ...